My Facebook
My Twitter
Nama ku Aini, kata orang ku anak
yang manis, baik, namun sayang super pendiam tak banyak bicara. Walaupun begitu
aku tetap punya banyak teman. Setiap apa yang ku mau pasti ku dapatkan dengan
sukses, misal dalam pelajaran ku selalu mendapat juara kelas. Namun tidak dalam
hal cinta. Dalam hal yang satu ini ku selalu gagal untuk meraihnya.
Saat itu usia ku baru 15 tahun dan anak baru
di smk ternama di kota tempat ku tinggal. Seperti biasa setiap tahun pelajaran
baru pasti diadakan MOS ( Masa Orientasi Siswa ). Dalam MOS kita diajarkan
hal-hal baru oleh senior. Namun dalam menjalan MOS itu ada satu senior yang
paling aku benci namnya Arif. Karena super bencinya setiap apapun yang dia katakan
selalu tidak ku hiraukan. Dia selalu saja mengecengi kelompok MOS ku. Dia
selalu membuat ku kesal dan sakit hati. Dan pada acara terakhir MOS setiap anak
baru dan senior saling berjabat tangan untuk saling meminta maaf atas apa yang telah senior lakukan
selama MOS serta untuk membentangkan tangan mengucapkan selamat datang pada
anak baru.
Ku berpikir mungkin setelah MOS
selesai Arif tidak akan mengganggu ku, ternyata ku salah besar. Dia tak
henti-hentinya membuat ku jengkel atas tingkah dan ucapannya yang dia tujukan
padaku. Dia selalu mengatakan aku ini cupu lah itulah inilah dan sebagainya.
Hingga suatu hari ku berpikir ku ingin menantangnya dalam uji kompetensi.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, ku
langsung menuju parkiran untuk mengambil motor. Hal tak terduga pun datang,
ternyata ban moltor ku kempes dua-duanya. Padahal tadi pagi sewaktu ku bawa
masih normal. Dan ku mendengar suara tawa yang keras di balik tembok dan benar
saja Arif muncul dengan tawanya. Dalam hati ku berkata pasti dia yang ngerjain
aku. Ingin rasanya ku ku memukul memaki dia pi ku urngkan niat ku itu. Buat apa
ku mengotori tangan dan mulut ku ini untuk orang seperti dia. Tanpa basa-basi
ku langsung meninggal kan Arif yang masih tertawa dengan lantangnya.
Ku pun pulang dengan hati kesal
ngapain si dia selalu ngerjain dan ganggu aku padahal kan aku ga punya masalah
atau pun salah sama dia. Ku berhenti sejenak seperti ada yang mengikuti aku
dari belakang. Dan saat ku tengok ke belakang ternyata benar saja, dia lagi dia lagi pikir ku. Apa
si maunya, gerutuku dalam hati. Ku pun langsung pergi tanpa berkata apa pun.
Entah ada angin apa Arif tiba-tiba
ada di depan kelas ku. Dalam hati ingin rasanya ku pergi tapi mau gimana lagi
bentar lagi kan bel masuk. Ku langkah kan kaki dengan biasa seperti tidak ada
dia di hadap ku. Tapi lagi-lagi dia bertingkah, ketika ku mau masuk kelas dia
selalu menghalangi ku. Hinga akhirnya kita saling dorong-mendorong sampai bel
masuk. Untung saja pelajaran pertama gurunya lagi berhalangan ini kesempatan ku
untuk ke kantin membeli minum untuk menghilangkan rasa capai dan haus gara-gara
Arif.
Seperti dunia ini sempit bagi ku
karena dimana ada aku pasti selalu ada Arif. Dia lagi dia lagi, kenapa sich
selalu dia yang ketemu ma aku emang ga ada yang lain apa selain dia. Aku pun
enggan masuk ke dalam kantin karena Arif, akhirnya aku duduk di depan kantin
sambil istirahat. Tiba-tiba Arif datang menghampiriku dengan membawa segelas
jus. Dia menyodorkannya padaku. Tanpa pakai lama langsung saja ku terima jus
pemberian darinya. Dia pun duduk di samping ku. Kami pun hanya saling diam tak
berkata sepatah pun. Rasanya bosen banget duduk samping dia, kalau bukan karna
haus aku tak mau bersebelahan dengan orang serese Arif.
Namun ada sesuatu yang aneh pada ku
saat itu, tiba-tiba hati dag dig du dag dig dug ga karuan. Ada apa dengan ku,
apa jangan-jangan ku mulai ada rasa ma orng yang resenya minta ampun. Oh
tidak,,,ini ga boleh terjadi, mana mungkin sich ku suka ma orang kaya dia pikir
ku. Langsung ku tarik napas panjang dan mengeluarkan secara perlahan untuk
menenangkan hati ini. Aku tak salah dengar tiba-tiba Arif membuka pembicaran
dengan ucapan minta maaf padaku. Aku pun terbengong mendengar ucapannya. Mana
mungkin orang serese dia bisa bilang minta maaf, atau pun dia ada rencana lain
untuk ngerjain aku lagi. Tepukan tangan pun mengguyarkan lamunan ku. Kilat saja
aku langsung meninggalkan Arif tanpa mengucap apapun. Arif pun dengan sigap
langsung mengejarku dan meraih tangan ku hingga wajah ku berada tepat di depan
wajahnya. Kontan saja ku langsung mendorongnya agar dia melepaskan tanganku.
Tapi apa daya genggamannya lebih kuat, aku pun hanya bisa pasrah.
“Ai,
ayo donk ucapin sesuatu, jangan bikin aku ngrasa bersalah kaya gini?”, pintanya
padaku.
“Makasih.”,
reflex keluar dari mulutku.
“Kok
cumaa maksih Ai, makasih buat apa Ai?”, tanyanya dengan heran.
“Iya
makasih buat jusnya, emang buat apa lagi.”, jawab ku dengan ketus sambil
meminta dia melepaskan tangan ku.
“Bukan
itu Ai maksud ku, apa kamu mau memaaf kan aku Ai?”, pintanya dengan memelas,
“Bodo!”,jawabku
dengan singkat sambil pergi berlalu ningggalin Arif.
Arif
pun meminta maaf sambil berteriak-teriak namun ku tak peduli. Dalam hati ku tak
semudah itu ku bisa memaafkan mu setelah apa yang telah kau perbuat padaku.
Mungkin aku adalah orang jahat yang ga mau memaafkan kesalahan oarng lain, tapi
ku terlanjur sakit hati ma Arif. Sampai pulang sekolah pun dia tak
henti-hentinya meminta maaf padaku. Ku merasa risih dengan sikapnya hingga ku
tak pedulikan ucapannya.
Hari ini ku merasa ga enak badan ku
putus kan untuk tidak berangkat ke sekolah. Mungkin karena ku kecapean dan
banyak pikirang hingga tak mengontrol kesehatanku. Badan sangat panas kebetulan
orang rumah sedang pergi semua. Ingin sekali ku beranjak ungdari tempat tidur
untuk pergi berobat agar esok hari ku bisa bersekolah lagi seperti biasanya.
Namun apa daya tubuh ku sangat lemah tak mampu ku berdiri. Dan tiba-tiba
terdengar bunyi bel, ku tak sanggup membuka pintu karena mungkin tak ada orang
yang membukakan langsung saja dia masuk. Sempat terdengar suara memanggil nama
ku. Namun ku tak menjawab sepertinya ku tak asing dengan suara itu. Ya benar
saja ternyata Arif yang datang, dan dia terkejut melihatku lemas tak berdaya.
Dengan paniknya dia langsung saja menggendong ku dan membawa ke rumah sakit.
Sejak saat itu hubungan ku ma Arif
pun membaik dan ku pun telah memaafkan dia. Di sekolah kami selalu bersama kita
ngobrolin hal-hal yang sekiranya ga penting. Hingga teman-teman mengira kami
itu pacaran. Aku pun hanya tersenyum menanggapinya. Suatu hal yang mustahil
jika Arif sampai jatuh hati padaku. Cewe yang selalu dia katakan cupu.
Ngomongin soal cupu, sekarang dia tak pernah lagi memanggil ku dengan sebutan
itu. Terkadang ku merasa kangen ma panggilan cupu. Seperti ada yang hilang.
Namun di sisi lain ku merasa senang karena sebutan itu tak pernah terdengar
lagi dari mulut Arif. Itu suatu pertanda kalau Arif itu sudah berubah bukan
seperti Arif yang selalu ngerjain aku dan rese ma aku. Hemz,,,,senang rasanya
bisa baikan kaya gini ma Arif.
Tiba-tiba rasa itu datang lagi
ketika Arif menggenggam tangan ku sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu pada
ku. Tak disangka dia menyatakan cintanya padaku. Sikapnya selama ini ternyata
hanya untuk menarik perhatianku. Dia mengatakan kata-kata yang membuat serasa
terbang di langit. Ak tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku pun merasa kan
hal yang sama ke Arif. Aku langsung mengiyakan pertanyaan dia tentang apakah
aku mau jadi pacarnya. Sejak itu kami berdua resmi pacaran. Ga nyangka belum
lama kenal aku dah jadian aja ma dia. Padahal waktu pertama kenal kan dia aku
benci banget, apa ini yang dinamakan dengan cinta itu buta.
Seminggu pertama sejak resmi pacaran
kita selalu kemana-mana bersama tak terpisahkan. Pokonya dimana ada aku pasti
selalu ada dia. Namun ada sesuatu yang aneh saat kami berdua makan di kantin.
Sedang asyik-asyiknya ngobrol tiba-tiba mata Arif tertuju pada Eva. Eva adalah
teman seangkatan ku dan kelasnya pun bersebelahan ma kelas ku. Aku segera
menghilangkan negative thinking ku….ku langsung positif thinking aja. Eva yang
mungkin merasa bahwa dia sedang diperhatikan maka eva pun membalas tatapan
Arif. Sempat terlintas rasa ga enak hati, apa ini yang di namakan cemburu?????
Kontan saja ku marah dan langsung meninggalkan Arif sendiri di kantin. Arif pun
menyadari kepergian ku itu, dan dia pun langsung mengejarku. Aku yang tau
sedang dikejar Arif langsung ku berlari menuju toilet. Disana pun aku menangis
histeris, kenapa dia begitu????? Apa yang kurang pada ku????? Bel masuk pun
berbunyi tapi ku tak menghiraukannya. Ku masih saja di dalam toilet hingga bel
pulang. Saat ku buka pintu toilet ternyata Arif sudah ada didepannya yang dari
tadi menunggu aku keluar. Langsung saja dengan sigap ku tutup kembali pintu
itu, namun terhalang oleh dorongan Arif. Hingga akhirnya aku pun keluar dan
pergi.
Dia mengejar ku dan terus mengejarku,
dia selalu bisa meraih tangan ku saat ke berlari. Dengan kuatnya dia
menggenggam tangan ku tak member ruang untuk ku melepas kan diri dari
genggamannya. Dia langsung memeluk ku erat dan minta maaf atas kejadian di
kantin tadi. Ku tak mampu bersuara ku hanya bisa menangis menangis dan
menangis. Dia usap air mata ku dengan kedua tangannya. Dan dia pun memeluk ku
lagi. Tak henti-hentinya dia minta maaf padaku dan berjanji tak kan mengulangnya
lagi. Hati ku pun luluh aku pun memaafkan dia. Kami pun baikan kembali,
akhirnya dia pun mengantar ku pulang.
Tak seperti hari biasa, hari ini ku
bangun kesiangan. Setibanya di sekolah ku melihat Arif sedang bicara dan
bercanda dengan Eva. Padahal kan dia telah berjanji ga akan mengulangnya lagi.
Tapi ternyata janji itu hanya di mulut saja. Sempat air mata ku mengalir
membasahi pipi. Dan ternyata Arif melihat ku, langsung ku berlari menuju
gerbang sekolah dan keluar sejauh mungkin. Ku berhenti di taman, disinilah ku
curah kan semuanya. Tak hentinya ku menangis. Lagi lagi dan lagi Arif bisa
menemukan ku di taman. Dari belakang dia memeluk ku ku pun langsung berontak.
Namun apa daya ku slalu tak berdaya. Dia pun duduk di sebelah ku sambil tak
melepas pelukannya. Karena dia tau kalau dia lepas pelukannya aku pasti
beranjak lari. Aku menangis di bahunya dan bersandar. Dia mengajak ku untuk ke
sekolah namun ku menolak ku meminta dia untuk mengantarku pulang karena aku
ingin menenangkan diri.
Sesampainya di rumah dia berusaha
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun ku tak mau mendengar penjelasan
darinya. Dan ku suruh dia pulang dank u meminta dia untuk sementara waktu untuk
tidak menemuiku dulu. Sebelumdia berkata apa-apa dengan segera mungkin ku langsung
menutup pintu dan berlari ke kamar. Terlintas dalam benak ku untuk mengakhiri
hubungan ini. Mungkin ini bukan cinta namun rasa kagum yang salah diartikan.
Kenapa sich disaat ku benar-benar merasa cinta dan sayang pasti begini
kejadiannya. Apa mungkin Arif itu bukan yang terbaik buat ku????? Lelah
memikirkan itu aku pun tertidur di kamarku.
Cepat sekali detik berganti menit.
Menit berganti jam. Jam berganti hari. Malas sekali rasanya berangkat sekolah
hari ini. Aku tak mau melihat kejadian itu lagi. Tapi ku mau ga mau harus ke
sekolah demi masa depan kun nanti. Dengan langkah bimbang ku menuju kelas. Di
atas meja ku temukan setangkai mawar merah segar seperti habis di petik dari
pohonnya. Ku cium wanginya. Terasa trentram hati ini. Siapa ya pagi-pagi yang
ngirim bunga buat aku????? Padahal di kelas kan ga ada seorang pun. Ku tengok
kanan kiri dan melihat Arif sedang berdiri di depan kelasku. Hati ini kembali
gundah. Dengan lesu ku letak kan tas di kursi. Belum sempat untuk duduk
tiba-tiba tangan Arif menarik ku untuk keluar. Dia membawaku di halaman tengah
sekolah. Disana dia berteriak dan mengucapkan kata-kata yang manis. Namun…..ku
tak mau dikhianati lagi, ku tak mau merasakan sakit hati lagi. Ku hanya terdiam
mendengar kata-kata itu. Teman-teman bersorak memandangi kami berdua. Arif
menunggu jawaban ku. Aku hanya diam seribu bahasa. Namun hati ini tak rela
untuk melepasnya, akhirnya ku pun kembali memaafkan Arif.
Seminggu kejadian itu dia tak pernah
lagi berbuat seperti itu. Ku tak pernah lagi merasakan sakit hati. Dia selalu
membuat ku tersenyum dan setiap pagi dia selalu mengirimkan mawar untuk ku. Tak
terasa hampir sebulan ku menjalin hubungan dengan Arif. Kali ini dia terasa
berbeda sekali. Dia cuek ma aku. Dia tak lagi mengirim mawar untuk ku. Menurut
kabar yang beredar di sekolah dia lagi PDKT ma Eva. Hati ku sakit mendengarnya.
Tanpa sengaja ku berpapasan ma mereka berdua namun kali ini ku tak berlari.
Namun Arif tetap meraih tangan ku. Dengan tenang ku melepasnya. Namun dia tak
mau. Dia mengumbar kata manis itu lagi. Berkali-kali dia khianiti, berkali-kali
pula ku memaafkannya. Tapi kali ini ku tak mau tertipu untuk yang kesekian
kalinya. Ku tersenyum dan berlalu tanpa kata.
Arif masih saja berusaha untuk
mendekati ku disamping itu dia masih menjalin hubungan ma Eva. Apapun yang dia
katakana slalu ku tanggapi dengan senyuman. Ya sejak itu hubungan ku ma Arif
seperti hubungan tanpa status. Dibilang pacaran seperti ga pacaran karena dia
masih mengejar-ngejar Eva. Dibilang ga pacaran tapi tak pernah ada kata putus
yang keluar dari mulut kami berdua. Sejak itu pula kami tak pernah kemana-mana
bersama lagi. Kami selalu sendiri. Setiap bertemu kami slalu menjauh. Mungkin
hubungan ini tak bisa lagi untuk diperbaiki. Saat ini kami telah putus walaupun
kata putus itu tak pernah di utarakan. Putus yang tersirat.
Tak ku sangka hubungan ini terjalin
sangat singkat. Namun bagimana pun dia pernah mengisi hati ku yang kosong
dengan cinta dan sayang. Mungkin dia suatu hari nanti aku akan mendapatkan
seseorang yang lebih baik darinya. Yang tak kan pernah membuat ku sakit hati
dan kecewa. Ini untuk pelajaran dalam hidup ku. Untuk tidak tergesa-gesa dalam
cinta.